Tren di Tiktok: Ini Dampak dan Ciri-ciri Remaja Perilaku Self Harm
Remaja Perilaku Self Harm – Belum lama ini, media sosial diramaikan dengan berita sedih puluhan siswa SMP di Bengkulu Utara yang menyayat tangan mereka menggunakan silet. Aksi menyedihkan ini dilakukan sengaja hanya demi mengikuti tren di TikTok.
Sekitar 50 siswa yang diketahui memiliki luka goresan di tangan mereka, hanya karena ingin mengikuti tren tersebut. Sekolah dan Dinas Pendidikan telah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait hal ini.
Awalnya, hanya beberapa siswa yang ditemukan melukai lengan mereka, tetapi setelah diselidiki, ternyata lebih banyak lagi siswa yang terlibat dalam aksi ini.
“Saat kita melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap para siswa, kami menemukan mereka menggunakan benda tumpul untuk menggores lengan mereka. Namun, alasan mereka melakukannya hanya untuk mengikuti tren konten di TikTok,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkulu Utara, Fahruddin.
Dosen Fakultas Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya, Uswatun Hasanah, juga memberikan tanggapannya terkait fenomena ini.
Menurutnya, perilaku menyakiti diri seperti ini terjadi akibat tekanan psikologis yang dialami oleh individu.
“Hal itu umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda yang sedang dalam masa transisi, di mana mereka harus mampu beradaptasi dalam berbagai situasi baru yang asing,” ucapnya.
Penyebab Munculnya Perilaku Menyakiti Diri
Menurut laman Universitas Aisyiah Yogyakarta, fenomena self harm semakin meningkat dan bahkan telah menjadi hal yang buruk karena dianggap sebagai hal yang lazim bagi sebagian besar remaja.
Banyak remaja yang menganggap self harm sebagai solusi mutlak untuk menyelesaikan masalah atau mengeluarkan emosi dalam diri.
Mereka berharap tindakan tersebut dapat membantu mengatasi masalah emosional, mengurangi ketegangan, memberikan rasa sakit fisik sehingga dapat teralihkan dari tekanan emosional, dan juga sebagai bentuk ekspresi emosi baik berupa marah, sakit hati, frustasi, dan sebagai bentuk kendali diri atas perasaannya, serta untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Namun, Uswatun menegaskan bahwa penyelesaian masalah dengan menyakiti diri sendiri tidak dibenarkan dan bukan merupakan solusi yang tepat. Semua orang perlu mencari cara yang lebih sehat dan produktif untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, seperti berbicara dengan orang-orang terdekat atau mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Ciri-ciri Remaja dengan Perilaku Self Harm
Sebagai orang tua atau lingkungan sekitar, kita perlu memperhatikan gejala perilaku self harm yang dialami remaja agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diwaspadai:
- Lebih banyak diam
Remaja dengan kecenderungan self harm cenderung lebih banyak diam dan tidak mampu mengungkapkan perasaan dengan jelas. Mereka cenderung menyimpan perasaan tersebut dalam-dalam dan tidak berbagi dengan orang lain.
- Mengungkapkan keputusasaan dan ketidakberdayaan
Selain lebih banyak diam, remaja dengan perilaku self harm juga sering mengungkapkan rasa keputusasaan dan ketidakberdayaan. Mereka merasa tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan merasa terjebak dalam situasi yang sulit.
- Sulit menjalin hubungan dengan orang lain
Remaja dengan perilaku self harm juga kerap mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka cenderung tertutup dan sulit membuka diri pada orang lain.
- Emosi yang berubah dengan cepat dan impulsif
Selain sulit menjalin hubungan dengan orang lain, remaja dengan kecenderungan self harm juga seringkali mengalami perubahan emosi yang cepat dan impulsif. Mereka mudah marah dan sulit mengontrol diri.
- Mulai melukai diri dengan sengaja
Remaja dengan perilaku self harm akhirnya mulai melukai diri dengan sengaja. Mereka menggosok area tubuh secara berlebihan untuk membuat luka bakar, atau menyimpan benda tajam atau barang lain yang digunakan untuk melukai diri sendiri di tangan. Mereka juga berusaha menyembunyikan bekas luka dengan mengenakan baju lengan panjang atau celana panjang, dan menyebutnya sebagai cedera atau luka yang tidak disengaja.
- Adanya bekas luka atau luka baru
Secara fisik, perlu diamati adanya bekas luka, seringkali berbentuk pola tertentu, serta adanya luka baru, goresan, memar, bekas gigitan, atau luka lainnya.
Perilaku self harm yang terus terjadi tanpa disadari akan mengarah pada gangguan psikologis atau perilaku Non Suicidal Self Injury (NSSI). Oleh karena itu, sebagai orang tua atau lingkungan sekitar, kita perlu waspada dan mengambil tindakan yang tepat jika mengidentifikasi gejala perilaku self harm pada remaja yang kita kenal.
- Mendukung Remaja dengan Perilaku Self Harm: Cara yang Tepat untuk Dirangkul
Perilaku self harm pada remaja dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan jiwa yang serius. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan lingkungan sekitar untuk mengenali gejala dan memberikan perhatian yang cukup pada remaja yang mengalami perilaku ini. Namun, terkadang remaja yang melakukan self harm dianggap sebagai sosok yang menyulitkan, yang mengakibatkan dirinya diabaikan atau bahkan dijauhi. Padahal, remaja yang melakukan self harm juga membutuhkan dukungan dan perhatian.
Mengatasi Masalah Self Harm pada Remaja
- Memberikan Perhatian dan Mendengarkan
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah memberikan perhatian dan mendengarkan dengan baik. Jangan menghakimi atau menyalahkan perilaku yang dilakukan oleh remaja. Berikan kesempatan pada remaja untuk mengungkapkan perasaannya tanpa takut atau merasa malu.
- Meluangkan Waktu untuk Kegiatan Positif Bersama
Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan positif bersama juga dapat membantu remaja merasa lebih tenang dan nyaman. Kegiatan yang positif bisa dilakukan seperti berkunjung ke museum, menonton film bersama, atau kegiatan lain yang sesuai dengan minat dan kebutuhan remaja.
- Menanamkan Nilai Agama yang Cukup
Menanamkan nilai-nilai keagamaan yang cukup juga dapat membantu remaja mengatasi masalah self harm. Nilai-nilai agama dapat memberikan remaja rasa ketenangan dan kedamaian dalam menghadapi masalah yang dihadapi.
- Mengajak Berbicara dengan Guru atau Support System Lain
Remaja juga dapat diajak berbicara dengan guru atau support system lainnya di lingkungan sekitar. Hal ini dapat membantu remaja merasa lebih aman dan terbuka dalam mengungkapkan perasaannya.
- Lingkungan Sekolah yang Supportif
Lingkungan sekolah juga dapat membantu menangani masalah self harm dengan membangun hubungan yang positif antara guru, staf sekolah dan murid. Guru harus memiliki kepedulian, kepekaan, dan pemahaman yang baik terkait masalah kesehatan jiwa siswa.
Kesimpulannya, perilaku self harm pada remaja bukanlah suatu hal yang mudah untuk diatasi. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dan dukungan dari lingkungan sekitar, khususnya dari orang tua dan lingkungan sekolah. Dengan memberikan dukungan dan perhatian yang tepat, remaja dengan perilaku self harm dapat merasa lebih nyaman dan merasa didukung dalam mengatasi masalahnya. (Rahman)
Baca juga: OOTD Hijab Remaja SMA Kekinian Pilihan untuk Kamu
Author Profile
- Sulawesitoday merupakan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin yang sedang menetap di Kota Parigi. Selama beberapa tahun terakhir, ia mengeksplor jenjang karirnya sebagai penulis di sejumlah bidang, mulai dari perannya sebagai jurnalis media cetak, content writer, hingga co-author pada sejumlah buku. Hingga saat ini ia masih mendedikasikan hidupnya pada berbagai macam karya tulis.
Latest entries
Headline2023.05.31Tragedi Mengerikan di Desa Padabaho: Anak Kandung Bunuh Ibu Sendiri Demi Perhiasan Emas
Headline2023.05.31Heboh! Aksi Pencurian Motor di PT GNI, Berhasil Diamankan 20 Unit Barang Bukti
Headline2023.05.30Banjir Mengerikan Hantam Desa Balinggi! Satu Korban Hilang dan Tiga Rumah Hanyut
Headline2023.05.29Wabup di Paripurna DPRD: Ini Laporan Realisasi APBD Parigi Moutong 2022