GIF-banner-2024

Kenapa di Turki Tidak Boleh Memakai Sarung? Pengalaman Arie Untung dan Dimas Seto Jadi Bahan Tertawaan

waktu baca 3 menit
Arie Untung dan Dimas Seto mengenakan sarung untuk sholat subuh di sebuah masjid di Turki. Namun, mereka menjadi bahan tertawaan warga sekitar karena fungsi sarung di Turki berbeda dengan di Indonesia. Sarung di Turki biasanya dikenakan oleh wanita dan hanya digunakan pria saat melakukan hubungan intim.

Pengalaman Arie Untung dan Dimas Seto soal sarung di Turki

Sulawesitoday – Arie Untung dan Dimas Seto pernah menjadi bahan tertawaan orang Turki karena mengenakan sarung. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya antara Indonesia dan Turki terkait fungsi sarung.

Di Indonesia, sarung umumnya dikenakan oleh pria untuk beribadah, beraktivitas sehari-hari, atau bahkan sebagai pakaian tidur. Namun, di Turki, sarung justru dianggap sebagai pakaian wanita.

Arie Untung dan Dimas Seto menceritakan pengalaman mereka di Turki melalui akun Instagram masing-masing. Keduanya mengaku difoto diam-diam dan ditertawakan oleh warga sekitar saat mengenakan sarung.

“Uniknya kita tuh pake sarungan kaya di Indonesia biar ga dingin malah difotoin ngumpet2 sama org2 pake hape sambil senyum2,” tulis Arie Untung.

Arie Untung dan Dimas Seto baru menyadari kesalahan mereka setelah bertanya kepada penduduk setempat. Mereka pun merasa malu dan menyesal telah mengenakan sarung di Turki.

“Laaah kesannya kita abis rencana mau ‘melakukan’ keburu shubuh ga sempet ganti sarung,” kata Arie Untung.

Pengalaman Arie Untung dan Dimas Seto ini menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam berpakaian saat berkunjung ke negara lain. Kita harus memahami budaya setempat agar tidak melakukan kesalahan yang dapat menyinggung orang lain.

Selain itu, pengalaman ini juga menunjukkan bahwa perbedaan budaya dapat menjadi sumber humor yang lucu.

Sarung di Turki digunakan untuk apa?

Siapa sangka bahwa sebuah kain bernama sarung dapat menyimpan misteri besar tentang perbedaan budaya di Turki dan Indonesia?

Dari sisi Turki, sarung bukanlah sembarang kain, melainkan pakaian formal yang membuat wanita-wanita elegan tampil memukau.

Mungkin Anda pernah bertanya-tanya, mengapa wanita Turki lebih memilih sarung untuk acara penting?

Jawabannya mungkin terletak pada sejarah dan kebudayaan Turki yang kaya. Sarung di sana bukan hanya sekadar pakaian, tetapi simbol status dan kekayaan.

Mengenakan sarung adalah cara bagi wanita Turki untuk mengekspresikan keanggunan dan keberlanjutan tradisi. Namun, mari pindah ke sudut pandang Indonesia, di mana sarung adalah pakaian sehari-hari bagi para pria.

Apakah ini hanya sebuah kebetulan? Ternyata tidak. Sarung di Indonesia lebih dikenal sebagai pakaian yang digunakan dalam aktivitas keagamaan atau keseharian.

Pria Indonesia mengenakan sarung dengan santai, sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Bagi mereka, sarung adalah lebih dari sekadar pakaian; ia adalah bagian dari warisan dan identitas yang perlu dilestarikan.

Sekarang, mari kita telaah perbedaan esensial antara kedua budaya ini.

Wanita di Turki mengenakan sarung dalam momen-momen penting, sementara pria di Indonesia menggunakannya sehari-hari atau dalam kegiatan keagamaan.

Perbedaan jenis kelamin ini menciptakan lapisan baru dalam misteri sarung. Bukan hanya itu, bahan dan motif sarung juga menambah nuansa keunikan di setiap negara.

Sarung di Turki terbuat dari bahan berkualitas tinggi seperti sutra atau satin, dihiasi dengan motif tradisional atau modern.

Di sisi lain, sarung di Indonesia umumnya terbuat dari katun atau poliester, dengan motif yang lebih tradisional. Tentu saja, agama Islam memainkan peran kunci dalam perbedaan ini.

Sarung di Turki dianggap sebagai pakaian yang sopan, memberikan perlindungan terhadap aurat wanita Muslim. Di Indonesia, sarung digunakan dalam konteks keagamaan, seperti saat melaksanakan salat.

Sarung, sebuah kain sederhana, namun mengandung begitu banyak makna di balik lipatan-lipatannya. Inilah keajaiban budaya yang tersembunyi di balik misteri sarung di Turki dan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *