2023, Kemarau Panjang Mengancam: Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan
2023 Kemarau Panjang Mengancam Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan – BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) telah mendeteksi adanya 45 titik panas (hot spot) di Provinsi Kalimantan Timur pada pertengahan Maret ini, yang menandakan bahwa musim kemarau tahun 2023 akan segera dimulai.
Meskipun masih terdapat beberapa daerah yang masih dilanda hujan dan masih memungkinkan untuk menanam satu kali lagi bagi petani sawah tadah hujan menjelang akhir Maret 2023, BMKG memprediksi bahwa musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu periode tahun 2020-2022.
Kondisi kemarau yang diperkirakan lebih kering tersebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang lebih mudah terjadi. Oleh karena itu, semua pihak diharapkan dapat menyusun strategi antisipasi sejak dini.
Pada 27 Januari lalu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan dalam tiga tahun terakhir saat musim kemarau masih sering terjadi hujan. Namun, di tahun ini, intensitas hujan akan jauh menurun.
“Saya mengimbau semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di daerah-daerah yang selama ini termasuk dalam kategori rawan karhutla, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Papua,” sebutnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah menyusun langkah-langkah persiapan untuk menghadapi musim kemarau panjang tahun 2023. Salah satu strategi yang akan dilakukan adalah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, menyiapkan operasi darat dan udara serta melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Strategi yang disusun oleh BNPB berfokus pada upaya-upaya pencegahan karhutla terutama pada wilayah-wilayah yang rawan terjadinya kebakaran.
BNPB akan menyiagakan lebih banyak helikopter, yaitu 49 unit helikopter pada rencana tahun 2023. Jika masih kurang, BNPB akan berupaya memenuhi kebutuhan tersebut. Penyiapan helikopter oleh BNPB akan digunakan untuk patroli dan water bombing.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan teknologi modifikasi cuaca untuk merekayasa cuaca, termasuk menyiapkan dana siap pakai untuk operasional. Pada 2022, upaya pencegahan karhutla dilakukan dengan menurunkan 55 unit helikopter water bombing dan 33 unit untuk patroli. Melalui upaya tersebut, luas lahan terbakar berhasil ditekan dari 358.867 hektar pada tahun 2021 menjadi 204.894 hektar pada tahun 2022.
Faktor Alam dan Ancaman Karhutla di Indonesia: Pentingnya Mengantisipasi Dampak Karbon
Indonesia selalu menjadi perhatian dunia karena masalah karhutla yang terjadi hampir setiap tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya luas lahan terbakar adalah kondisi cuaca di Indonesia yang relatif lebih basah pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021. Namun, perlu diingat bahwa karhutla harus diwaspadai agar tidak terjadi seperti pada tahun 1997-1998 dan tahun 2002-2003.
Karhutla adalah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia, terutama pada lahan gambut. Akibat dari kebakaran ini, banyak karbon yang terlepas ke atmosfer. Pada tahun 1997/1998, sebanyak 2,5 miliar ton karbon dilepaskan ke atmosfer, sedangkan pada kebakaran tahun 2002-2003 dilepaskan 200 juta hingga 1 miliar ton karbon. Perkebunan sawit di Kalimantan juga berperan besar dalam proses pengeringan hutan gambut yang menyebabkan karbon terlepas.
Selain dampak langsung dari karhutla seperti kabut asap yang dapat membahayakan kesehatan manusia, Indonesia juga diprotes oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Asap pekat yang terbawa angin dari Indonesia menjadi masalah besar bagi negara-negara tersebut.
Daerah-daerah yang perlu diwaspadai dan menjadi langganan karhutla adalah Sumatera (antara lain Riau, Sumut, Jambi, Sumsel), Kalimantan, dan Papua. Isu lingkungan karhutla yang terjadi di Indonesia dapat menjadi senjata ampuh bagi negara-negara maju untuk menggoyang Indonesia. Indonesia akan diberi label sebagai penyebab terjadinya peningkatan emisi karbon di atmosfer, selain tentu karena isu deforestasi yang masif.
Dalam hal emisi karbon, karhutla menjadi penyumbang ketiga terbesar (12 persen) setelah deforestasi (48 persen) dan transportasi (21 persen). Di bawahnya, ada limbah pabrik (11 persen), pertanian (5 persen), dan sektor industri (3 persen). Karena itu, penting untuk mengantisipasi dampak karbon yang dapat ditimbulkan oleh karhutla.
Hutan alam primer rawa gambut memiliki peran yang sangat sentral dalam menyerap karbon, sehingga karhutla yang terjadi pada lahan gambut perlu diwaspadai. Selain itu, perlu ada upaya untuk mengurangi deforestasi dan mendorong penggunaan sumber energi terbarukan agar dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan. Upaya tersebut harus dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Isu Lingkungan
Karhutla adalah masalah serius di Indonesia karena bisa menjadi senjata bagi negara-negara maju untuk mengecam Indonesia sebagai penyumbang emisi karbon di atmosfer. Masalah karhutla ini juga disebabkan oleh deforestasi yang masif yang terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan menjadi penyumbang ketiga terbesar penyebab terjadinya emisi karbon di Indonesia, setelah deforestasi dan transportasi. Namun, karhutla yang terjadi di lahan gambut perlu diwaspadai karena hutan alam primer rawa gambut sangat penting dalam menyerap karbon.
Pada tanggal 18 November 2021, jurnal Nature Sustainability menerbitkan laporan riset yang dibuat oleh tim peneliti dari Conservation International, Amerika Serikat (AS). Dalam laporan tersebut, tim peneliti membuat peta terbaru mengenai wilayah yang memiliki konsentrasi karbon amat tinggi dan jika terlepas akan memicu bencana iklim. Wilayah gambut di Kalimantan dan Papua termasuk yang memiliki konsentrasi karbon tertinggi di Bumi.
Oleh karena itu, dibutuhkan dekarbonisasi yang cepat dan pengelolaan ekosistem yang lebih baik pada skala planet untuk menghindari bencana perubahan iklim. Karbon yang dilepaskan melalui pembakaran bahan bakar fosil akan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk beregenerasi di Bumi.
Monica L Noon dan timnya menemukan beberapa wilayah di Bumi yang menyimpan karbon tertinggi dan harus dijaga, antara lain permafrost atau tanah beku di belahan utara Bumi termasuk Siberia dan kawasan rawa-rawa sepanjang pantai barat laut AS. Selain itu, Lembah Amazon, Cekungan Kongo, dan wilayah Kalimantan juga menjadi wilayah yang perlu dijaga karena memiliki konsentrasi karbon yang tinggi.
Di Indonesia, Papua bagian selatan juga termasuk wilayah yang menyimpan karbon yang sangat tinggi. Kawasan tersebut menjadi penyerap karbon alami dan dapat dianggap sebagai sumber penyimpan sumber daya yang tidak bisa dipulihkan. Jika karbon yang tersimpan dilepaskan oleh aktivitas manusia, butuh waktu berabad-abad bagi daerah itu untuk pulih. Jika karbon lepas, hal itu tidak dapat dipulihkan dalam jangka waktu tertentu, minimal selama 30 tahun. Padahal, emisi global harus mencapai emisi bersih pada tahun 2050.
Sejak tahun 2010, pertanian, penebangan kayu, dan kebakaran hutan telah melepaskan emisi karbon sebanyak empat gigaton karbon yang tidak dapat dipulihkan. Sisanya, 139 – 443 gigaton karbon dunia yang tidak dapat dipulihkan itu menghadapi resiko konversi penggunaan lahan dan perubahan iklim. Jika hal tersebut terjadi, akan terjadi bencana iklim yang sangat merusak.
Dari riset tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah Indonesia untuk memulihkan dan merestorasi gambut yang rusak serta melindungi dan mempertahankan lahan gambut dari karhutla maupun deforest. (Rahman)
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Sulawesi Tengah Selasa 21 Maret 2023: Hujan Petir dan Angin Kencang
Author Profile
- Sulawesitoday merupakan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin yang sedang menetap di Kota Parigi. Selama beberapa tahun terakhir, ia mengeksplor jenjang karirnya sebagai penulis di sejumlah bidang, mulai dari perannya sebagai jurnalis media cetak, content writer, hingga co-author pada sejumlah buku. Hingga saat ini ia masih mendedikasikan hidupnya pada berbagai macam karya tulis.
Latest entries
Headline2023.05.28Polda Sulteng Apresiasi Langkah Cepat Polres Parigi Moutong Tangani Kasus Persetubuhan Anak
Headline2023.05.26Gebyar PAUD di Parigi Moutong: Temukan Rahasia Sukses Membangun Dasar Pendidikan yang Kuat Bagi Anak-anak
Headline2023.05.26Antisipasi Peredaran Gelap Narkotika: 121 WBP Pindah ke Beberapa Lapas di Sulawesi Tengah
Headline2023.05.26Gebyar PAUD Parigi Moutong 2023: Pelatihan Tutor PAUD hingga Atraksi Seru